Niat Puasa Ramadhan Yang Benar - Ustadz Firanda Andirja
Penjelasan
tentang niat puasa Ramadhan yang benar oleh Ustadz Firanda Andirja
Setelah
mengetahui satu Ramadhan, tentunya kita harus pasang niat. Ingat niat harus
dipasang dari malam hari. Kata Nabi Muhammad, “Barangsiapa yang tidak pasang niat sebelum terbit fajar maka tidak ada
puasa baginya.” Jadi ini berbeda dengan puasa sunnah, kalau puasa sunnah
kita bisa pasang niat di pagi hari.
Sebagian
dalam hadits Rasulullah bertanya kepada istrinya, “ada makanan tidak” jawabannya “tidak
ada”. Lalu kata Nabi, ”kalau begitu
saya puasa.” Kemudian diriwayatkan juga dari banyak sahabat. Dari Abu
Hurairrah, dari Abu Talhah Al Ansari, kemudian dari Hudzaifah Ibnu Yaman, dari
Ibnu Abbas, dari Abu Darda juga, diriwayatkan dari Shahih Al-Bukhari, kalau
mereka bertanya kepada istri-istrinya, “ada
sarapan pagi tidak?” Kata istrinya tidak ada. Kata mereka, “kalau begitu kami puasa.”
Kalau
puasa wajib harus dari malam hari. Apakah harus melafalkannya? Jawabannya tidak
perlu karena tidak pernah dicontohkan oleh Nabi. Tidak ada Nabi melafalkan niat
dalam hadits Shahih, hadits dhaif, dan hadits palsu. Demikian juga sahabat yang
jumlahnya ribuan, tidak diriwayatkan dari mereka melafalkan niat,
Oleh
karena cukup kita terbetik dalam hati, kita sudah berazam untuk puasa maka sudah
cukup. Seorang kalau pasang jam weker untuk berpuasa berarti dia sudah niat.
Buktinya dia sudah pasang jam weker. Kalau seorang beli nasi bebek madura untuk
sahur berarti dia sudah niat untuk sahur, sudah cukup. Itu sudah niat sahurnya.
Baik,
Ustadz bolehkah kita niat puasa untuk satu bulan? Lebih hati-hati tiap malam
kita berniat. Tapi sebagian ulama memberi rukhsah seperti ulama Syafi’iyah
boleh berniat puasa satu bulan penuh. Dalilnya apa? Karena Allah menilai puasa
Ramadhan, satu paket satu bulan bukan per hari.
Kata
Nabi dalam shahih Al-Bukhari, dua bulan yang tidak akan berkurang nilainya
yaitu dua bulan yang ada lebarannya, Ramadhan yaitu puasa yang diakhiri dengan
lebaran, kemudian Dzulhijjah yaitu haji yang di tengah-tengahnya ada lebaran
haji. Maksudnya apa dua bulan ini tidak akan berkurang?
Para
ulama menjelaskan maksudnya bulan itu terkadang 29 hari atau 30 hari. Menurut
Nabi 29 hari puasa atau 30 hari puasa nilainya sama saja. Bahkan dalam hadits
Sunan Abu Daud, yang diriwayatkan Ibnu Mas’ud kebanyakan Nabi Muhammad berpuasa
itu 29 hari daripada 30 hari.
Jadi
Nabi menjelaskan, anda puasa 29 hari atau 30 hari, nilainya sama saja di sisi
Allah. Ini kata Ibnu Hajar, Allah tidak menilai per hari tapi satu paket, yang
penting satu bulan. Jadi Ramadhan dilihat bukan per hari tetapi satu bulan.
Kalau dilihat satu paket per bulan berarti seorang boleh berniat langsung satu
bulan. Ini sisi pendalilan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari.
Tulisan mungkin mengalami sedikit pengeditan.
Tulisan mungkin mengalami sedikit pengeditan.
Barakallahufiik. semoga Allah menjaga anda dan keluarga anda
BalasHapus